Selasa, 12 November 2013


Selama 20 tahun sejak munculnya World Wide Web dari internet dengan peramban (browser) Mosaic pada tahun 1993 oleh National Center for Supercomputing Applications (NCSA) di University Illinois Urbana-Champaign, kita merasakan bagaimana terobosan dalam teknologi komunikasi dan informasi ikut mengubah wajah dunia. Kini setiap warga memiliki kemampuan untuk menyuarakan opininya dan mengakses beragam informasi yang ada dikarenakan perkembangan teknologi informasi. Bahkan bisa dikatakan, ikut menyertai perjuangan kebebasan pers dunia.

Kemunculan social media atau media sosial dengan perkembangannya yang cukup pesat sampai dengan saat ini yang ditandai dangan lahirnya berbagai bentuknya media sosial semisal blog, jejaring sosial, wiki, forum dunia maya dan dunia virtual menjadikan manusia dapat membangun relasi yang spesifik dengan berdasarkan visi, misi, ide, gagasan, pertemanan, asal daerah, profesi dan lain-lain secara global tanpa memandang ruang dan waktu.

Kemunculan situs jejaring sosial seperti myspace, linkedin, faceebok, twitter dan lain-lain menjadi suatu fenomena luar biasa dan dalam perkembangannya, jejaring sosial tersebut sudah menjadi bagian dari gaya hidup bahkan menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat, tidak terkecuali para pejabat Negara dan aparat keamanan negara.

Sebagai contoh presiden memiliki akun twitter, hal ini tentunya mempunyai dampak positif yaitu kemudahan menyampaikan informasi, komunikasi, kepada masyarakat luas. Sedangkan dampak negatifnya adalah kebocoran informasi yang seharusnya di rahasiakan. Apabila sebuah informasi yang seharusnya hanya di konsumsi masyarakat Indonesia, ternyata dari pihak luar negeri juga mengetahuinya pastinya hal ini juga dapat mengancam dari sebuah Negara.

“…Kenalilah dirimu, kenalilah musuhmu, maka dalam seratus pertempuran kamu tidak akan pernah kalah.” Begitulah ungkapan terkenal dari Sun Tzu, sang ahli strategi perang asal negeri China untuk mengajarkan bahwa dalam memenangkan sebuah peperangan maka diperlukan pengetahuan dan informasi yang cukup tentang semua yang dimiliki oleh kawan maupun lawan, dan yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung.

Bersifat langsung bisa didefinisikan sebagai segala faktor yang mempengaruhi dan berhubungan langsung dengan kekuatan pertahanan, semisal persenjataan, teknik, taktik, jalur logistik, jumlah personel dan lain-lain. Sedangkan bersifat tidak langsung dalam konteks ini bisa didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak berpengaruh langsung dengan kekuatan pertahanan namun dapat mempengaruhi kekuatan pertahanan.

BELAJAR DARI SEJARAH PERANG ENAM HARI
Kemenangan Israel dalam perang enam hari pada 5 s.d 10 juni 1967 seharusnya menjadikan pelajaran yang sangat berarti bagi negara manapun di dunia ini tentang arti penting dari sebuah informasi. Kita dapat melihat bagaimana Israel meraih kesuksesan besar dalam perang tersebut walaupun musuh yang dihadapinya memiliki jumlah persenjataan yang lebih banyak dan lebih modern saat itu. Tentu kemenangan tersebut mustahil terjadi jika tidak didukung informasi yang cukup akurat, dan tindakan yang tepat untuk memanfaatkan informasi yang telah dimiliki. Sejarah mencatat bagaimana kesuksesan dinas intelejen Israel (MOSSAD) yang berhasil mengumpulkan profil pribadi dan keluarga para pilot pesawat tempur suriah yang bertugas dalam perang, dan mengancam akan membunuh keluarga para pilot jika para pilot tersebut melaksanakan membom kota tel aviv. Ternyata ancaman tersebut sangat mempengaruhi para pilot Suriah yang berperang, dan hampir tidak ada bom yang dijatuhkan para pilot tempur Suriah di kota tel aviv karena mereka memilih menjantuhkan bom yang dibawanya di laut walaupun melaporkan pada pemimpin mereka bahwa bom dijatuhkan kota tel aviv.

Sekilas sejarah perang tersebut membuktikan bahwa keamanan data pribadi dan keluarga seorang aparat keamanan seperti TNI sangatlah berharga dalam suatu pertahanan Negara. Sebagai aparat keamanan seharusnya mereka dapat menjaga diri dan keluarganya atau privasi mereka agar tidak terlalu terekspos melalui media masa. Karena sebagai manusia biasa, setiap aparat keamanan juga pasti mempunyai kecintaan dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya lebih-lebih keselamatan keluarga yang disayanginya.


Mengingat besarnya efek yang ditimbulkan dari potensi kebocoran informasi tersebut, maka tidak berlebihan jika beberapa negara memberlakukan aturan yang sangat ketat kepada para personel militer dan personel sipil yang berhubungan langsung dengan pertahanan negara dalam berinteraksi dengan media sosial khususnya jejaring sosial. Bahkan, Israel melarang setiap personel militernya mempunyai account facebook dengan alasan dapat berpotensi membocorkan informasi operasi dan rahasia Negara.



1 komentar:

  1. keren gan blognya. maen dong ke blog gw http://pedulinusantara.blogspot.com/

    BalasHapus