Selama 20 tahun sejak
munculnya World Wide Web dari internet dengan peramban (browser) Mosaic pada
tahun 1993 oleh National Center for Supercomputing Applications (NCSA) di
University Illinois Urbana-Champaign, kita merasakan bagaimana terobosan dalam teknologi
komunikasi dan informasi ikut mengubah wajah dunia. Kini setiap warga memiliki
kemampuan untuk menyuarakan opininya dan mengakses beragam informasi yang ada
dikarenakan perkembangan teknologi informasi. Bahkan bisa dikatakan, ikut
menyertai perjuangan kebebasan pers dunia.
Kemunculan
social media atau media sosial dengan perkembangannya yang cukup pesat
sampai dengan saat ini yang ditandai dangan lahirnya berbagai bentuknya media
sosial semisal blog, jejaring sosial, wiki, forum dunia maya dan dunia virtual
menjadikan manusia dapat membangun relasi yang spesifik dengan berdasarkan
visi, misi, ide, gagasan, pertemanan, asal daerah, profesi dan lain-lain secara
global tanpa memandang ruang dan waktu.
Kemunculan situs jejaring sosial seperti myspace,
linkedin, faceebok, twitter dan lain-lain menjadi suatu fenomena luar biasa
dan dalam perkembangannya, jejaring sosial tersebut sudah menjadi bagian dari
gaya hidup bahkan menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat, tidak terkecuali para
pejabat Negara dan aparat keamanan negara.
Sebagai
contoh presiden memiliki akun twitter, hal ini tentunya mempunyai dampak
positif yaitu kemudahan menyampaikan informasi, komunikasi, kepada masyarakat
luas. Sedangkan dampak negatifnya adalah kebocoran informasi yang seharusnya di
rahasiakan. Apabila sebuah informasi yang seharusnya hanya di konsumsi
masyarakat Indonesia, ternyata dari pihak luar negeri juga mengetahuinya
pastinya hal ini juga dapat mengancam dari sebuah Negara.
“…Kenalilah dirimu, kenalilah musuhmu,
maka dalam seratus pertempuran kamu tidak akan pernah kalah.” Begitulah ungkapan terkenal dari Sun
Tzu, sang ahli strategi perang asal negeri China untuk mengajarkan bahwa
dalam memenangkan sebuah peperangan maka diperlukan pengetahuan dan informasi
yang cukup tentang semua yang dimiliki oleh kawan maupun lawan, dan yang
bersifat langsung maupun yang tidak langsung.
Bersifat
langsung bisa didefinisikan sebagai segala faktor yang mempengaruhi dan
berhubungan langsung dengan kekuatan pertahanan, semisal persenjataan, teknik,
taktik, jalur logistik, jumlah personel dan lain-lain. Sedangkan bersifat tidak
langsung dalam konteks ini bisa didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak
berpengaruh langsung dengan kekuatan pertahanan namun dapat mempengaruhi
kekuatan pertahanan.
BELAJAR
DARI SEJARAH PERANG ENAM HARI
Kemenangan
Israel dalam perang enam hari pada 5 s.d 10 juni 1967 seharusnya menjadikan
pelajaran yang sangat berarti bagi negara manapun di dunia ini tentang arti
penting dari sebuah informasi. Kita dapat melihat bagaimana Israel meraih
kesuksesan besar dalam perang tersebut walaupun musuh yang dihadapinya memiliki
jumlah persenjataan yang lebih banyak dan lebih modern saat itu. Tentu
kemenangan tersebut mustahil terjadi jika tidak didukung informasi yang cukup
akurat, dan tindakan yang tepat untuk memanfaatkan informasi yang telah
dimiliki. Sejarah mencatat bagaimana kesuksesan dinas intelejen Israel (MOSSAD)
yang berhasil mengumpulkan profil pribadi dan keluarga para pilot pesawat
tempur suriah yang bertugas dalam perang, dan mengancam akan membunuh keluarga
para pilot jika para pilot tersebut melaksanakan membom kota tel aviv. Ternyata
ancaman tersebut sangat mempengaruhi para pilot Suriah yang berperang, dan
hampir tidak ada bom yang dijatuhkan para pilot tempur Suriah di kota tel
aviv karena mereka memilih menjantuhkan bom yang dibawanya di laut walaupun
melaporkan pada pemimpin mereka bahwa bom dijatuhkan kota tel aviv.
Sekilas sejarah perang tersebut membuktikan
bahwa keamanan data pribadi dan keluarga seorang aparat keamanan seperti TNI
sangatlah berharga dalam suatu pertahanan Negara. Sebagai aparat keamanan
seharusnya mereka dapat menjaga diri dan keluarganya atau privasi mereka agar
tidak terlalu terekspos melalui media masa. Karena sebagai manusia biasa,
setiap aparat keamanan juga pasti mempunyai kecintaan dan kekhawatiran akan
keselamatan dirinya lebih-lebih keselamatan keluarga yang disayanginya.
Mengingat besarnya efek yang ditimbulkan dari potensi
kebocoran informasi tersebut, maka tidak berlebihan jika beberapa negara
memberlakukan aturan yang sangat ketat kepada para personel militer dan
personel sipil yang berhubungan langsung dengan pertahanan negara dalam
berinteraksi dengan media sosial khususnya jejaring sosial. Bahkan, Israel
melarang setiap personel militernya mempunyai account facebook dengan
alasan dapat berpotensi membocorkan informasi operasi dan rahasia Negara.
keren gan blognya. maen dong ke blog gw http://pedulinusantara.blogspot.com/
BalasHapus